Siapa pun itu, terlebih wanita, pasti tidak ingin mengalami peristiwa pemerkosaan terhadap dirinya. Sebab, tidak hanya sakit secara fisik, psikis korban pun akan terganggu dan meninggalkan trauma yang mendalam. Bahkan, jika tidak segera ditangani, trauma tersebut bisa jadi akan dialami seumur hidupnya. Memang, tidak semua tindakan penyembuhan dapat dilakukan dengan mudah. Namun, dengan adanya pertolongan yang tepat dan dukungan positif, akan membantu mereka mendapatkan perawatan terbaik hingga benar-benar sembuh. Sebenarnya, apa saja trauma yang dialami oleh korban perkosaan hingga sebegitu fatalnya menyerang psikis? Berikut ini penjelasan detail tentang beberapa trauma tersebut.
1. Depresi
Ini merupakan dampak paling umum yang pasti dialami para korban perkosaan. Depresi merupakan sebuah keterampilan naluriah dari dalam diri seseorang dalam mengatasi masalah dalam bentuk penghindaran. Depresi ini muncul setelah adanya perasaan untuk selalu menyalahkan diri sendiri, baik secara tindakan maupun karakter. Secara tindakan, seseorang merasa bersalah karena tidak mampu berbuat apa-apa dan membela diri pada saat perkosaan tersebut terjadi. Secara karakter, seseorang merasa ada yang salah dalam dirinya sehingga layak dijadikan korban perkosaan. Saat kedua jenis rasa bersalah ini menyerang diri dengan begitu dalam, maka tidak hanya mengganggu mood, namun munculnya rasa putus asa dan merasa tidak berarti lagi. Jika tidak segera diberi pertolongan, korban yang depresi akan melakukan lima tindakan lebih parah berikut:
-
Tidak ingin mencari bantuan kepada siapapun, termasuk psikolog atau teman dekat.
-
Kurang empati kepada orang lain, meskipun sesama korban.
-
Mengurung diri dari orang lain.
-
Sangat sensitif dan mudah marah, terlebih jika menyinggung masalah seksual.
-
Mempunyai sikap agresif, bahkan cenderung keluar jalur norma sosial (terjerumus ke lembah hitam).
-
Melukai diri sendiri termasuk upaya untuk bunuh diri.
2. Sindrom Trauma Perkosaan
Sindrom trauma perkosaan juga sering disebut Rape Trauma Syndrome (RTS). RTS merupakan turunan dari PTSD, yaitu gangguan stres setelah munculnya trauma. RTS ini bukanlah merupakan representasi dari adanya gangguan jiwa, namun merupakan tanggapan alami seseorang yang terganggu psikis maupun fisiknya akibat trauma perkosaan. Adapun beberapa RTS yang sering dialami korban sesaat setelah kejadian adalah:
-
Merasa kedinginan, gemetar, mual, dan muntah.
-
Mengalami disorientasi atau kebingungan mental.
-
Pingsan atau insomnia.
-
Mengalami sakit kepala, agitasi, dan agresi.
-
Mudah kaget, terkejut, takut, dan cemas tanpa alasan.
-
Mengalami mimpi buruk dan suka mengurung diri.
-
Mengalami gejala disosiasi (mati rasa atau merasa apa yang ada di depannya tidak nyata).
-
Mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti nyeri perut, nyeri punggung bawah, iritasi tenggorokan (jika oral seks paksa), hingga masalah ginekologis (menstruasi berat, keputihan tidak wajar, keluarnya cairan lain dari alat kelamin, infeksi kandung kemih, penyakit menular, hingga preeklampsia jika terjadi kehamilan).
3. Bermasalah secara Seksual
Korban perkosaan biasanya mengalami gangguan seksual setelah terjadinya kasus tersebut. Gangguan seksual ini tidak hanya sekadar takut terbayang kejadian perkosaan tersebut, namun lebih daripada itu. Berikut ini beberapa permasalahan korban perkosaan terkait seksual:
-
Apatis seksual (hypoactive sexual desire disorder), yaitu enggan untuk melakukan hubungan badan meskipun dengan pasangan (hasrat seksual rendah).
-
Nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia).
-
Terjadi pengetatan atau pengejangan yang ekstrem pada otot alat kelamin pada saat penetrasi (vaginismus).
4. Gangguan Makan
Gangguan makan akibat kekerasan seksual sebenarnya merupakan cara mengatasi trauma yang ada dalam diri korban atau bisa dikatakan sebagai pelampiasan. Hanya saja, pelampiasan ini sangat ekstrem, misalnya hingga terjadi anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating.
5. Penyakit Serius
Tidak hanya kondisi fisik dan psikis, korban perkosaan juga berpeluang mengidap penyakit-penyakit dalam yang serius. Beberapa penyakit tersebut antara lain, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Padahal, diketahui bersama, dua penyakit tersebut merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia.
Itulah beberapa trauma dan penyakit yang biasanya menyerang para korban perkosaan. So, sebagai masyarakat cerdas, kita harus bersama-sama mengatasi tindakan perkosaan di negara ini.