Panen Jagung Hibrida Samping Rumah

Tinggal dilahan kaplingan yang letaknya di ujung memberikan kelebihan dan kekurangan. Dilihat dari sisi kekurangan yang dirasakan adalah jauh dan sepi. Namun saya mencoba memanfaat kekurangan yang ada untuk menyalurkan hobi yang produktif.

Hobi saya sebenarnya pada saat itu bukanlah bercocok tanam, namun memelihara ayam sebanyak-banyaknya. Efek buruk dari hobi tersebut adalah pengeluaran uang yang tetap untuk membeli pakan setiap hari. Pada saat itu ayam yang dipelihara kurang lebih 60 ekor dan jika dikasih pakan jagung 1 kg hanya sekali tabur. Minimal memberi pakan 2 kali dalam sehari (pagi-sore) sedangkan harga jagung pakan ayam Rp 5000 /kg. Berat rasanya melanjutkan hobi, jika setiap mampir beli pakan ayam di pregutin (bhs jawanya: cemberutin) istri.

Akhirnya ide menanam jagung untuk pakan ayam saya jalankan, hal ini sejalan dengan rencana usaha budidaya jagung di kampung. Teknik penanaman secara TOT (tanpa olah tanah), lahan semak belukar dibabat kemudian dibakar sampahnya.

Bibit jagung yang saya gunakan adalah jenis Hibrida merek Pertiwi 3 dalam sebuah kemasan isi 1 kg setiap bungkusnya. Jarak tanam 20 cm dan 1 lubang berisi sebutir benih, kemudian jarak antar baris adalah 80 cm.

Pada saat penanaman saya langsung lakukan pemupukan pertama dengan menggunakan pupuk mutiara seharga Rp 10.000 /kg. Pemupukan kedua saat jagung berumur 25-30 hari setelah tanam menggunakan pupuk urea seharga Rp 1.500/kg dan pemupukan ketiga juga pake urea pada saat jagung berumur 40-45 hst (hari setelah tanam). Lihat dokumentasi proses pemanenan dibawah ini.

Kapan jagung bisa dipanen? Biasanya setelah jagung berumur sekitar 90 hari kulit pembukus jagung / klobot akan berwarna kecoklatan dan biji jagung kuning terang.

Penyakit jagung pada umumnya sekarang sangat minim, jika pemeliharaan bagus maka hasilnya pun akan bagus. Itulah sekelumit cerita Panen Jagung Hibrida Samping Rumah.

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *